Iman artinya percaya. Iman adalah sesuatu pondasi yang sangat penting dalam menunjang keIslaman seseorang. Sedangkan ibadah di dalam Islam berarti bakti seorang muslim kepada Allah SWT dan rasulnya. Jadi ibadah adalah suatu perwujudan bakti kita kepada sang Khalik (Allah SWT). Sebagaimana kita ketahui, bahwa iman dan ibadah adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya memiliki keterikatan yang sangat erat. Keterkaitan iman dengan ibadah saling menunjang antara satu dengan yang lainya.
Jika salah satu dari kedua hal tersebut dipisahkan, maka akan terjadi suatu ketidak seimbangan dan akan menimbulkan suatu ke rancuan. Contohnya jika ada seseorang yang memisahkan antara ibadah dengan imannya, misalnya ia berkata “Saya tidak perlu mengerjakan shalat, puasa, zakat haji dsb, karena sayakan sudah beriman kepada Allah dan rasulnya, Jadi semua itu tidak perlu lagi saya kerjakan. Tuhan tidak mungkin menghukum hambanya yang mencintai serta mengimaninya.”
Semua itu adalah suatu anggapan yang keliru karena Allah SWT telah berfirman didalam kitab suci Al Qur’an yang artinya “Aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan hanya untuk beribadah kepadaku.” Ini berarti bahwa Allah SWT sebagai Al Khalik, menciptakan seluruh alam semesta beserta isinya untuk tunduk dan berbakti (beribadah) hanya kepadanya.
Sebagaimana telah diterangkan di atas, bahwa bukan hanya manusia saja yang diwajibkan untuk beribadah kepadanya, baik itu malaikat atau bahkan jin sekalipun, diwajibkan untuk beribadah kepada Allah SWT dan rasulnya.
Berdasarkan beberapa sumber yang telah penulis dapatkan, bahwa malaikat ialah makhluk yang paling taat kepada Allah karena ia senantiasa beribadah serta mengerjakan segala yang diperintahkan Allah setiap waktu dengan tidak mengenal lelah. Masing-masing malaikat, telah diberikan tugasnya sendiri-sendiri, misalnya ada yang diperintahkan untuk menyampaikan wahyu, menjaga pintu syurga, menjaga pintu neraka, membagikan rezeki manusia, mencabut nyawa makhluk yang masih hidup, dsb.
“Jika malaikat dapat melakukan semua hal tersebut tanpa mengeluh, berarti malaikat itu sungguh sabar ya?” Ini memang dapat dimaklumi, karena malaikat memang telah diciptakan dengan cahaya (Nur) tanpa hawa nafsu serta hanya dapat taat dan berbakti kepada Allah SWT.
Adapun penciptaan manusia, berasal dari tanah yang hina, kemudian Allah membentuknya menjadi sosok manusia, meniupkan ruh, dan dibekali dengan akal serta hawa nafsu. Inilah unsur dasar dari penciptaan manusia. Adapun rasulullah dibekali dengan nur Allah. Inilah yang menyebabkan derajat rasul allah menjadi yang terbaik. Malaikat diciptakan untuk mengabdi kapada Allah, Manusia diciptakan untuk menjadi khalifah di atas permukaan bumi ini, sedangkan jin menempati dimensi lain dari bumi ini. Jadi inilah perbedaan antara malaikat, manusia, dan jin.
Adapun jin diciptakan dari api, sehingga sifatnya cenderung panas (mudah untuk marah), sehingga pada awal penciptaan manusia (nabi Adam(, malaikat dan jin yang pada saat itu berada di dalam syurga, diperintahkan oleh Allah untuk bersujud, dan para malaikat pun segera bersujud. Namun Iblis (raja jin yang takabur) pada saat itu tidak bersedia untuk memenuhi perintah Allah tersebut dengan alasan bahwa derajad manusia yang hanya tercipta dari tanah itu, lebih rendah daripada derajadnya yang diciptakan dari api. Inilah sebabnya sehingga Iblis dilemparkan dari dalam syuirga dan akan ditempatkan di dalam neraka kelak (pada hari akhirat).
Iblis yang sudah mengetahui bahwa dirinya akan dilemparkan dari kehidupan yang menyenangkan (di syurga) menuju kepada kehidupan yang penuh dengan kesengsaraan (di neraka), segera memohon kepada Allah agar diberi izin untuk menggoda manusia agar mereka kelak akan menjadi teman-temannya di neraka dengan berbuat membangkang kepada Allah dan mengerjakan apa yang dilarangkan serta meninggalkan apa yang diperintahkan kepadanya.
Allah maha pengasih, sehingga permohonan Iblis yang jelas-jelas telah membangkang itupun, dipenuhi. Mungkin di dalam benak kita menyelinap pikiran “Kalau memang iblis itu memohon suatu permintaan yang akan menjerumuskan manusia untuk membangkang kepadanya, mengapa Allah harus menerimanya?”
Ini memang benar, namun menurut hemat penulis, Jika tidak ada iblis yang menggoda keimanan manusia, maka manusia tidak akan mengetahui betapa nikmat jika kelak mereka berhasil melewati seluruh godaan Iblis dengan berpegang teguh kepada tali Allah dan pulang menghadap Allah dengan wajah berseri-seri menantikan saat menerima hasil dari perjuangan berat yang telah diusahakan.
Namun jika manusia tersebut terlena oleh rayuan Iblis, hidup di permukaan bumi dengan memperturutkan kehendak hati, suka berfoya-foya, gemar berjudi, meminum minuman keras yang memabukkan (Khamer dan sejenisnya), bermain zina, mencuri, berbuat zalim kepada kedua orang tua dan segala perbuatan tercela lainnya, maka sesungguhnya mereka akan merasakan kepedihan yang teramat sangat dan akan menjadi teman-teman Iblis di dalam neraka pada hari pembalasan kelak. Inilah sebenarnya tujuan iblis dalam menggoda manusia.
Di antara sekian banyak manusia, ada juga sekelompok manusia yang tergoda dan terbujuk oleh rayuan Iblis. Mereka melakukan apa yang dibisikkan oleh Iblis dan tidak memperdulikan peringatan dari Allah.
Pelanggaran yang pertama dilakukan oleh manusia adalah melanggar larangan Allah kepada nabi Adam dan istrinya Sitti Hawa untuk mendekati serta memakan buah Khuldi.
Begitulah seterusnya, manusia selalu digoda oleh iblis dan pasukannya yang senantiasa mencari korban untuk dijadikan teman mereka di dalam neraka kelak.
Namun ada pula sekelompok manusia yang senantiasa mendekatkan dirinya kepada Allah. Mereka tidak mudah dibujuk oleh bujuk rayu Iblis. Mereka justru semakin mempertebal iman, memegang teguh tali Allah serta menjauhkan diri dari segala yang dibenci oleh Allah SWT beserta rasulnya.
Begitu pula dengan keadaan alam jin. Tidak semua jin merupakan pasukan dari iblis, ada pula kelompok-kelompok jin yang memisahkan diri dari kelompok Iblis dan menjadi kelompok jin muslim. Mereka beriman kepada Allah dan rasulnya sebagaimana manusia beriman kepada Allah SWT dan rasulnya. Mereka inilah yang termasuk didalam ayat Allah di atas.
Jadi apa lagi alasan bagi manusia untuk menunda-nunda atau bahkan tidak beribadah membaktikan dirinya kepada Allah SWT yang terah menciptakan kita semua ke permukaan bumi yang sangat indah serta telah disesuaikan dengan keadaan manusia ini?
Jumat, 18 Juni 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar